Kediri_Lombok Barat, komitmen bersama/kolaborasi dalam menuntaskan Stunting adalah satu pesan yang mampu menggerakkan setiap elemen, dan pesan ini disampaikan H. Fauzan Khalid, 14/11/22 dalam Pertemuan evaluasi dan koordinasi TPPS tingkat Kabupaten yang dikomandoi dinas P2KBP3A. Di waktu yang sama tersirat instruksi untuk segera melakukan intervensi berupa pemberian protein tambahan bagi penanganan stunting di Lombok Barat.

Bertempat di Aula Kantor camat Kediri, Senin 28/11/22 mini lokakarya Percepatan Penurunan Stunting berlangsung sangat efektif. Mini lokakarya kali ini dihadiri oleh seluruh kepala desa dan 50 (Lima Puluh) Orang Kadus se-Kecamatan Kediri, Forkopimcam, Kepala Puskesmas, Camat Beserta Jajaran, Ketua TP PKK Kec. Kediri, Kepala UPT P2KB, Kepala UPT PPA, dan Kepala Dinas P2KBP3A.

Sambutan Bapak Bupati H. Fauzan Khalid, dibacakan oleh Ramdan Hariyanto, S.Sos. H. Fauzan Khalid meminta kepada camat, kepala desa, dan kepala dusun untuk mengawal dan mendukung seluruh upaya percepatan penurunan stunting di wilayahnya masing-masing. Kerahkan semua potensi dan kemampuan yang ada baik berupa sumberdaya, tenaga dan biaya sehingga akan mendapat hasil yang lebih efektif demikian juga dengan OPD terkait menjalankan peran masing-masing sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

Saat ini angka stunting pada balita di kabupaten Lombok barat sudah mencapai 18,98% dan Kecamatan Kediri 13,38% dari hasil input data di EPPGBM bulan agustus 2022. Angka 13,38% jauh berada di bawah rata-rata Kabupaten. Artinya ini sebuah bukti dari upaya sungguh-sungguh yang telah dilakukan oleh TPPS Kecamatan Kediri. "Terimakasih dan Aplus Untuk TPPS Kecamatan Kediri yang telah menunjukkan hasil positif dalam penurunan stunting, 13,38% berada di bawah rata-rata Kabupaten yaitu 18,89% ungkap Ramdan Hariyanto.

Di daulat menjadi Nara sumber, camat Kediri memaparkan kajian tentang data keluarga beresiko stunting. Sasaran penanganan stunting dimulai dari hulu sampai hilir. Data keluarga berpotensi stunting menjadi kajian khusus ketika berbicara hulu. Data masing-masing desa terkait keluarga beresiko stunting mengacu pada tujuh indikator seperti rumah tidak layak huni, akses air minum layak konsumsi, kepemilikan mck, melahirkan anak pada usia terlalu muda, memiliki anak banyak lebih atau sama dengan tiga orang anak, melahirkan anak terlalu dekat jaraknya dan melahirkan pada usia terlalu tua. 

Pada kesempatan yang sama, disampaikan bahwa telah dilakukan klasifikasi/pengelompokan terakit keluarga berpotensi stunting. Keluarga terbagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok resiko rendah, sedang dan keluarga resiko tinggi. " Di kecamatan Kediri, untuk penanganan keluarga beresiko stunting dan untuk penanganan yang tepat sasaran maka kami sudah melakukan pengelompokan, dalam tiga kelompok: kelompok resiko rendah, sedang dan kelompok resiko tinggi" papar H Iswarta.

Kecamatan Kediri bisa jadi merupakan  satu-satunya kecamatan yang sudah melakukan pengelompokan ini, tegas  kepala UPT P2KB Kecamatan Kediri, Irfan Eko Widiyanto.

Mengajak semua pihak dan menggerakkan seluruh potensi tentu akan berdampak positif terhadap upaya percepatan penurunan stunting. Membangun komitmen bersama untuk bekerjasama teraktualisasi dalam bentuk Penandatanganan Komitmen bersama oleh peserta yang hadir. "Kami berkomitmen dan secara bersama-sama mengikat diri dalam upaya percepatan penurunan angka stunting" ungkap para Kepala Dusun/peserta minilok.

Terimakasih yang tak terhingga, atas kesungguhan semua pihak dengan kesadaran dan penuh tanggung jawab berikrar/berkomitmen dalam percepatan penurunan stunting di Kecamatan Kediri, tutup Irfan Eko Widiyanto.