LOGO kediri
Beranda > Berita > Kaji " Mengokohkan Peradaban Kota Santri Yang Religius Dan Berilmu"
Serba-serbi

Kaji " mengokohkan Peradaban Kota Santri yang Religius dan berilmu"

Posting oleh kedirilobar - 8 Okt. 2022 - Dilihat 210 kali

Kediri_Lombok Barat, 8 Oktober 2022, bertempat di masjid Jamiq Baiturrahman Kediri telah berlangsung peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Hadir Ketua MUI Lombok Barat, TGH. Mukhlis Ibrahim, DR. H BAEHAQI, Camat Kediri, Kadis LH, KABAG KESRA dan Tamu undangan lainnya. 

Peingatan Maulid Nabi kali ini merupakan kali pertama dirayakan setelah beberapa tahun terakhir tidak pernah dirayakan. Mengambil tema "Mengokohkan Peradaban Kota Santri yang Religius dan Berilmu", ketua PHBI siap mengawal tema dalam tataran implementasi.

Mengokohkan, merupakan kata yang berasal dari kata KOKOH diimbuhkan me-kan, menjadi kata yang sangat aktif. Sebuah kondisi yang diharapkan tercapai melalui upaya-upaya nyata secara aktif oleh setiap orang. Tidak mungkin ada kata “mengokohkan” jika tidak ada aksi aktif. Jika hanya kokohkan maka maknanya berarti perintah kepada orang lain secara garis komando.

Peradaban adalah seluruh hasil budi daya manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan, baik fisik (bangunan, jalan) maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan). Masyarakat yang maju dalam kebudayaan tertentu berarti memiliki peradaban yang tinggi. Sementara menurut KBBI Peradaban (kata benda) artinya:

1). kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. contoh: 'bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama tingkat peradabannya'
2) hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa;
Dalam bahasa Belanda, peradaban disebut “bescahaving” dan dalam bahasa Inggris disebut “civilization”. Sedangkan, dalam bahasa Jerman “Die Zivilsation”. Asal kata “civilization” dalam bahasa latin adalah “civilis” yang berarti sipil, berhubungan dengan kata “civis” (penduduk) dan “civitas” (kota).

Penggunaan istilah “Kota Santri” sebagai penanda bahwa di daerah tersebut berdiri puluhan atau ratusan pondok pesantren. Sehingga istilah santri menjadi identitas sebuah Kota. Istilah Kota santri juga haruslah merujuk pada karakteristik masyarakat yang sangat kental dengan kegiatan keagamaan dan prilaku sosial yang kental dengan nilai-nilai moralitas.
Penggunaan kota santri harus segaris dengan karakter masyarakatnya , yaitu masyarakat yang memiliki ketaatan pada Tuhannya, menjunjung tinggi nilai sosial (Baik terhadap sesama) dan Menjaga Lingkungannya. Ada tiga unsur yang menurut hemat saya menjadi indicator yang mencerminkan kita sebagai warga kota santri yaitu Tuhan, Sesama Manusia dan Alam sekitar.

Religius adalah salah satu sifat yang bisa dimiliki manusia. Biasanya, religius adalah istilah yang berkaitan dengan keagamaan. Sifat religius bisa menjadi sumber kenyamanan dan bimbingan. Sifat religius adalah sifat yang bisa ditemukan di tiap agama. Religius adalah sikap yang bisa memberikan dasar bagi keyakinan dan perilaku moral. Selain itu, religius adalah sikap yang dapat berkontribusi pada rasa kebersamaan, memberikan dukungan, dan menawarkan bimbingan.

Berilmu adalah suatu kondisi dimana seseorang dibekali dengan segenap kemampuan untuk bisa bertahan hidup, dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun.

Kami hanya mempertegas kalimat aktif yg dipakai, ketika kita menggunakan kalimat aktif maka sama artinya dengan diperlukan upaya sadar untuk menjaga apa yg terdapat pada kalimat tersebut.

Berbagai upaya harus muncul dari dalam diri individu masyarakat kecamatan Kediri jika mau mewujudkan tema yang diusung. Kesadaran individu dan kemudian menjadi kesadaran kolektif baik dalam menjalankan fungsi penghambaan, fungsi sosial dan dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah wujud peradaban yang sebenarnya dari Kota Santri.

Ketika tiga jenis tanggung jawab (terhadap Tuhan, sesama manusia dan lingkungan) sudah terbangun dan terpelihara secara ajeg maka barulah upaya mempertahankan dimunculkan sebagai reaksi dari sebuah akibat. 

Peradaban sebagai kota santri terbangun efektif melalui majlis ta'lim yang menghadirkan mimbar mimbar akademis di dalamnya. Komunikasi segala arah dan diskusi-diskusi dalam Kajian  melahirkan pemikiran dan solusi baru bagi persoalan kehidupan ( Tuhan, Manusia dan Alam).

 


Silahkan beri komentar

Email tidak akan di publikasi. Field yang harus diisi ditandai dengan tanda *